gaya penampilan para artis di demo DPR
life style - Produk Fashion & Beauty

gaya penampilan artis di demo DPR

Demo dpr bukan hanya milik mahasiswa anak stm atw pun komunitas ojol dan emak emak,
akan tetapi yang lebih kedatangan para artis pablik figur yang datang ke acara demo di depan gedung dpr seolah membeirakn semangat daya juang lebih dan motivasi kepada semua yang di depan gedung dpr.

10 Artis Ikut Demo di Gedung DPR RI, Reza Rahadian hingga Arie Kriting

Baca juga : Inovasi masyarakat langsung perampasan aset
Baca juga : Reformasi indonesia jilid 2 gugur 2 pahlawan
Baca juga : Rakyat indonesia bersatu 1pahlawan menyatukan bangsa
Baca juga : Puan Maharani Trah Politik Soekarno RI
Baca juga : Nafa urbach awal dan akhir karier politik

Fenomena artis dan figur publik yang ikut serta dalam aksi unjuk rasa di depan Gedung DPR RI belakangan ini bukan hanya soal politik, melainkan juga soal ekspresi diri. Kehadiran mereka di tengah ribuan massa memperlihatkan bahwa dunia hiburan tidak berdiri di ruang hampa; artis pun memiliki sikap politik dan memilih menampilkannya melalui simbol-simbol visual, termasuk lewat gaya berbusana.
Menariknya, penampilan artis dalam demo di DPR bukan sekadar “fashion statement”, melainkan sebuah bahasa nonverbal yang mengandung makna: solidaritas, perlawanan, sekaligus identitas. Dengan mengamati detail penampilan mereka, kita bisa membaca lapisan makna yang lebih dalam. Mari kita bedah secara rinci.

Dominasi Outfit Serba Hitam: Simbol Solidaritas dan Perlawanan

Daftar Artis Ikut Demo di DPR Kawal Putusan MK Hari Ini, Reza Rahadian,  Arie Kriting, hingga

http://www.mivadiva.com

Hampir semua artis yang hadir memilih outfit hitam sebagai pakaian utama. Warna hitam sejak lama diasosiasikan dengan duka, keseriusan, dan protes. Dalam konteks aksi, hitam menjadi warna netral yang menunjukkan bahwa para artis datang bukan untuk mencari sorotan glamor, melainkan untuk menegaskan sikap serius terhadap isu yang ditolak, yakni revisi UU Pilkada.

  • Reza Rahadian tampil sederhana dengan kaos hitam polos, jeans biru, dan topi hitam. Busana ini memberi kesan down-to-earth, jauh dari citra glamor layar kaca yang biasanya melekat pada dirinya. Kehadirannya seolah ingin menyampaikan pesan bahwa di hadapan isu kebangsaan, status selebritas tidak relevan; semua setara di jalanan.
  • Arie Kriting juga tampil dengan outfit hitam, rambut keriting dikuncir, dan ditambah aksesori bandana merah putih. Bandana ini bukan sekadar pemanis, melainkan simbol nasionalisme dan perlawanan. Arie menegaskan bahwa perjuangan ini bukan sekadar kepentingan politik praktis, melainkan soal mempertahankan nilai demokrasi bangsa.
  • Abdur Arsyad dan Cing Abdel juga konsisten dengan kaos hitam, sering kali berdiri di atas mobil komando untuk berorasi. Penampilan mereka menunjukkan bahwa komika bisa melampaui peran panggung komedi dan tampil sebagai penggerak massa, meski tetap dengan nuansa humor khas yang mereka sisipkan dalam orasi.
  • Joko Anwar, seorang sutradara, memilih gaya serba hitam tanpa banyak aksesori. Posturnya yang tegap di tengah massa memperlihatkan keseriusan seorang seniman yang memanfaatkan tubuh dan keberadaannya sebagai simbol protes.

Hitam di sini bukan soal gaya semata, tetapi bentuk “seragam tak resmi” yang mempersatukan mereka dengan rakyat biasa. Dalam psikologi warna, hitam memberikan kesan solid, misterius, sekaligus kuat. Maka tak heran, kehadiran artis dengan busana hitam memberi bobot moral pada aksi.


Sentuhan Personal: Identitas di Tengah Keseragaman

8 Gaya Artis Turun ke Jalan Ikut Demo DPR, Denny Sumargo Hingga Shindy  Samuel

Meski dominasi hitam terasa kuat, tiap artis tetap menyelipkan identitas pribadi dalam penampilan mereka.

  • Bandana merah putih Arie Kriting menjadi contoh konkret bagaimana simbol kecil bisa memberi makna besar. Aksesori sederhana itu menegaskan semangat nasionalisme dan kebanggaan pada identitas Indonesia.
  • Andovi da Lopez memilih kaos hitam bertuliskan “Polarisasi”. Slogan ini bukan sekadar desain, melainkan pernyataan politik. Kata “polarisasi” menyinggung kondisi masyarakat yang terbelah akibat dinamika politik. Dengan memakainya di aksi, Andovi menegaskan kritik terhadap elit politik yang dianggap memperlebar jurang perpecahan.
  • Abdur Arsyad meski sederhana, memanfaatkan gaya bicara, intonasi, dan ekspresi wajah sebagai “penampilan”. Ia tetap mengenakan outfit hitam, tetapi identitasnya muncul lewat retorika jenaka khas stand-up comedy.

Inilah yang menarik: di tengah keseragaman massa, artis tetap menonjol dengan “signature look” masing-masing, tanpa kehilangan semangat kolektif.


Gaya Kontras yang Mencuri Perhatian

Sederet Artis yang Turun ke Jalan Tolak Revisi UU Pilkada di Gedung DPR

Tak semua artis larut dalam tren serba hitam. Ada pula yang tampil berbeda, justru menambah warna dalam aksi.

  • Lisa Mariana datang dengan kaos putih dan celana krem. Warna cerah ini jelas kontras di tengah lautan massa hitam. Ia bahkan tampil santai dengan segelas kopi di tangan, sembari membagi-bagikan bakpao kepada sesama demonstran dan ojol di sekitar lokasi. Penampilan santainya memberi pesan bahwa perjuangan bisa dilakukan dengan cara yang humanis dan penuh solidaritas sosial, tidak selalu keras dan tegang.
  • Lucinta Luna menjadi figur paling nyentrik. Ia mengenakan busana loreng ala militer, lengkap dengan helm ojol. Paduan ini terasa absurd sekaligus teatrikal—ciri khasnya sebagai entertainer. Dengan membawa toa dan berorasi lantang “Bubarkan DPR!”, ia menghadirkan dimensi performatif dalam demo. Bagi sebagian orang, kehadirannya menambah humor dan hiburan; bagi yang lain, justru memperlihatkan keberanian mengekspresikan diri di ruang politik yang serius.

Kedua contoh ini menunjukkan bahwa aksi massa tak harus monoton. Justru variasi gaya menambah daya tarik visual sekaligus memancing diskusi publik.


Makna Sosial-Budaya Penampilan Artis dalam Demo

Suarakan 2 Tuntutan, Ini Alasan Lucinta Luna Pakai Helm Gojek Saat Orasi  Demo di Depan Gedung DPR RI - Ayo Bandung

Jika ditelaah lebih dalam, gaya penampilan artis di demo DPR memiliki makna sosial-budaya yang cukup penting:

  1. Dekonstruksi citra artis
    Biasanya artis tampil glamor di karpet merah, TV, atau media sosial. Namun di demo, mereka memilih busana sederhana, menyatu dengan rakyat. Ini mendekonstruksi citra mereka sebagai “bintang”, dan menempatkan mereka sebagai “warga negara biasa” yang punya kepedulian.
  2. Panggung alternatif
    Demo menjadi panggung baru, di mana artis bisa “berakting” bukan sebagai karakter fiksi, melainkan sebagai diri mereka sendiri yang autentik. Gaya busana mereka adalah kostum baru yang mencerminkan sikap politik.
  3. Solidaritas lintas kelas
    Outfit hitam, kaos polos, dan celana jeans—semuanya pakaian yang bisa dimiliki siapa saja, dari rakyat kecil hingga selebritas papan atas. Pilihan gaya ini secara simbolis menghapus sekat kelas sosial, menunjukkan bahwa perjuangan demokrasi adalah isu bersama.
  4. Estetika protes
    Aksi massa di era media sosial tak lagi hanya soal orasi, tetapi juga visual. Foto artis dengan outfit tertentu mudah viral, menjadi simbol gerakan, bahkan inspirasi gaya bagi publik. Estetika protes ini menunjukkan bagaimana fashion bisa berpadu dengan aktivisme.

Reaksi Publik terhadap Gaya Artis di Demo

Aksi Artis FTV Debi Sagita di Depan Gedung DPR, Minta Prabowo Dengar Suara  Rakyat

Publik di media sosial banyak memberi apresiasi. Netizen menyoroti keberanian artis turun ke jalan, sekaligus membahas outfit mereka. Kaos hitam, bandana, helm ojol, hingga loreng militer menjadi bahan diskusi, meme, bahkan trending topic.
Sebagian orang menganggap gaya nyentrik Lucinta Luna berlebihan, tapi ada juga yang menilai justru itulah kontribusinya: membawa isu serius ke ranah pop culture sehingga lebih luas dibicarakan.
Reza Rahadian dipuji karena tampil sederhana dan tidak mencolok, menegaskan kesan tulus. Arie Kriting dipandang sebagai artis yang konsisten menyuarakan isu rakyat, dengan simbol merah putih yang kuat.
Dengan demikian, gaya penampilan artis bukan hanya soal estetika, melainkan juga memengaruhi narasi publik tentang demo itu sendiri.

Gaya penampilan artis di demo DPR memperlihatkan bahwa fashion bisa menjadi bahasa politik. Kaos hitam bukan sekadar kain, melainkan tanda solidaritas. Bandana merah putih bukan sekadar aksesori, tetapi simbol nasionalisme. Helm ojol dan loreng militer bisa dibaca sebagai satire terhadap kondisi politik.
Di era digital, visual lebih cepat menyebar daripada pidato. Foto artis dengan outfit tertentu bisa viral, memancing diskusi, dan memperkuat pesan politik yang ingin mereka sampaikan.
Dengan kata lain, kehadiran artis di demo DPR menegaskan satu hal: politik juga soal performa, dan gaya penampilan adalah bagian dari strategi komunikasi.

Halo! Aku Mira, penikmat fashion yang percaya bahwa gaya itu bukan soal tren, tapi soal karakter. Di blog ini aku review, cerita, dan kasih tips biar kamu bisa tampil keren dengan caramu sendiri.