Gaya penampilan para pendemo sangat unik dan mecolok trutama mahasiswa ojol dan anak stm serta masyarakat.

Baca juga : Rakyat indonesia bersatu 1pahlawan menyatukan bangsa
Baca juga : Mengenang Para Pahlawan Pejuang Reformasi 98
Baca juga : DEMO RAKYAT PAJAK RAKYAT NAIK ANGGARAN DPR IKUT NAIK
Baca juga : Menjelang 28 agustus demo nasional terbesar 2025
Demonstrasi di jalanan bukan hanya wadah penyampaian aspirasi, tetapi juga menjadi “panggung” ekspresi visual. Gaya penampilan para pendemo — mulai dari pakaian, warna, hingga aksesori — memegang peran penting dalam membangun citra, menyatukan solidaritas, serta menyampaikan pesan politik. Fenomena ini terlihat jelas dalam berbagai momentum sejarah di Indonesia, dari aksi mahasiswa 1998 hingga demonstrasi buruh dan gerakan lingkungan masa kini
Pakaian Sebagai Identitas Kolektif

http://www.mivadiva.com
Salah satu ciri paling menonjol dari aksi demonstrasi adalah pakaian yang dipakai massa. Identitas kelompok sering kali terlihat jelas dari cara mereka berbusana.
- Mahasiswa dan Jaket Almamater
Mahasiswa dikenal identik dengan jaket almamater. Setiap kampus memiliki warna dan simbol berbeda, misalnya almamater kuning (UI), biru (UGM), hijau (IPB), merah (Unpad), atau biru tua (ITS). Dalam aksi besar seperti Reformasi 1998, ribuan mahasiswa dari berbagai kampus berbaris dengan almamater masing-masing, menciptakan pemandangan penuh warna yang sekaligus menegaskan kehadiran kaum intelektual muda sebagai garda moral bangsa. Jaket almamater menjadi penanda bahwa aksi dilakukan atas nama institusi pendidikan, bukan sekadar individu. - Buruh dan Seragam Kerja
Para buruh biasanya menggunakan seragam pabrik atau T-shirt dengan logo serikat pekerja. Dalam aksi Hari Buruh Internasional (May Day) di Jakarta, seragam berwarna merah dan biru dengan tulisan organisasi seperti KSPI (Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia) atau FSPMI (Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia) mendominasi jalanan. Helm proyek, rompi kerja, hingga sepatu safety menjadi bagian dari penampilan, sekaligus menunjukkan identitas sebagai kelas pekerja yang memperjuangkan hak normatif. - Petani dan Nelayan
Kelompok tani dan nelayan menonjolkan identitas agraris mereka dengan atribut khas. Caping (topi bambu lebar), ikat kepala, atau kain jarik sering mereka kenakan. Dalam aksi petani Kendeng (2017) menolak pembangunan pabrik semen, mereka bahkan memakai pakaian tradisional Jawa sambil menyemen kaki di depan Istana Negara. Penampilan ini menjadi simbol keterikatan dengan tanah yang mereka perjuangkan. Nelayan pun kerap membawa jaring atau replika perahu kecil sebagai bagian dari visual protes.
2. Warna Sebagai Bahasa Politik

Warna pakaian para pendemo sering kali dipilih dengan cermat, karena mengandung pesan simbolis.
- Hitam
Warna ini sering digunakan untuk melambangkan duka, perlawanan, atau keseriusan tuntutan. Misalnya, dalam aksi “Gejayan Memanggil” (2019) di Yogyakarta, ribuan mahasiswa mengenakan kaus hitam sebagai tanda penolakan terhadap pelemahan KPK. - Merah
Identik dengan keberanian dan semangat perjuangan. Kelompok buruh hampir selalu memilih merah sebagai warna dominan, menegaskan bahwa mereka bagian dari gerakan kelas pekerja global. - Putih
Dipakai sebagai simbol kesucian niat dan solidaritas lintas kelompok. Dalam aksi damai 212 (2016), massa mengenakan pakaian putih untuk mencerminkan persatuan dan perdamaian. - Hijau
Umumnya digunakan oleh kelompok yang menyoroti isu lingkungan atau berbasis keagamaan. Misalnya, aktivis lingkungan dalam aksi anti-tambang dan penolakan deforestasi sering mengenakan hijau sebagai warna utama.
3. Aksesori dan Kreativitas Visual

Selain pakaian, pendemo mengekspresikan pesan melalui aksesori dan atribut kreatif.
- Masker dan Penutup Wajah
Masker bukan hanya pelindung dari gas air mata, tetapi juga lambang anonimitas. Dalam Reformasi Dikorupsi 2019, banyak mahasiswa memakai masker dengan gambar satir atau karakter populer. - Kacamata Renang dan Helm
Alat pelindung sederhana ini sering dipakai untuk melindungi diri dari gas air mata atau benturan. Helm proyek yang dipakai buruh sekaligus menjadi representasi profesi mereka. - Poster, Spanduk, dan Meme Politik
Kreativitas massa tampak pada poster yang dibawa. Tulisannya sering satir, humoris, atau memanfaatkan budaya internet. Contoh: “DPR = Dewan Perampok Rakyat” atau poster dengan meme kartun. Kreativitas ini memudahkan pesan aksi viral di media sosial. - Alat Rumah Tangga
Panci, wajan, hingga galon bekas sering digunakan untuk menciptakan suara bising sebagai bentuk protes. Meski lebih populer di Amerika Latin dengan istilah cacerolazo, praktik ini juga muncul di Indonesia dalam aksi komunitas warga di tingkat lokal.
4. Strategi Praktis dalam Berpakaian
Selain simbolisme, gaya berpakaian pendemo juga mempertimbangkan aspek teknis dan keamanan.
- Sepatu olahraga → memudahkan mobilitas saat berlari menghindari aparat atau bergerak cepat.
- Tas ransel kecil → berisi logistik aksi seperti air mineral, susu untuk mengurangi efek gas air mata, kain basah, dan P3K sederhana.
- Jas hujan plastik → melindungi tubuh dari semprotan water cannon.
- Pakaian longgar dan sederhana → memudahkan gerak sekaligus mengurangi risiko ditarik aparat.
Dalam aksi besar yang berpotensi ricuh, banyak pendemo memilih gaya kasual sederhana yang fleksibel dibanding busana formal.
5. Perbedaan Generasi: 1998 vs 2019
Perbedaan gaya penampilan pendemo juga terlihat jelas antar generasi.
- Era Reformasi 1998
- Mahasiswa banyak mengenakan kemeja flanel, celana jeans, atau sandal jepit.
- Jaket almamater menjadi simbol utama persatuan lintas kampus.
- Gaya sederhana mencerminkan kesahajaan gerakan rakyat.
- Era Reformasi Dikorupsi 2019
- Generasi muda tampil lebih variatif: hoodie, sneakers, kaus bertuliskan tagar, hingga masker custom.
- Budaya digital tercermin dalam busana, dengan banyak pendemo menggunakan meme atau ilustrasi pop culture di kaus maupun poster.
- Penampilan menjadi lebih performatif, karena kamera media dan media sosial menjadi panggung utama.
6. Penampilan sebagai Komunikasi Politik
Busana dan atribut pendemo bukan hanya simbol internal, tetapi juga strategi komunikasi eksternal.
- Keseragaman pakaian (misalnya warna hitam seragam dalam Gejayan Memanggil) menimbulkan kesan kuat akan solidaritas.
- Kreativitas visual (poster humor, meme, atau atribut unik) membuat aksi lebih mudah menarik liputan media dan viral di media sosial.
- Simbol tradisional (caping, jarik, atau hasil bumi) memperkuat narasi bahwa aksi berakar pada realitas rakyat kecil, bukan sekadar gerakan elit.
Dalam konteks modern, penampilan menjadi bagian penting dari framing aksi. Gambar pendemo dengan poster unik atau busana khas sering kali lebih cepat menyebarkan pesan dibandingkan pidato panjang.
Tabel Ringkas: Gaya Penampilan Pendemo Berdasarkan Kelompok
Kelompok | Ciri Busana | Atribut Khusus | Contoh Aksi Nyata |
---|---|---|---|
Mahasiswa | Jaket almamater, kaus, jeans | Poster, masker | Reformasi 1998, Gejayan Memanggil 2019 |
Buruh | Seragam pabrik, rompi, helm proyek | Bendera serikat, spanduk | May Day (rutin tiap tahun) |
Petani | Caping, jarik, pakaian tradisional | Hasil bumi, semen kaki | Aksi Petani Kendeng 2017 |
Nelayan | Kaos longgar, ikat kepala | Jaring, replika perahu | Aksi penolakan reklamasi Teluk Jakarta |
Aktivis Lingkungan | Kaos hijau, simbol bumi | Boneka hutan, topeng binatang | Aksi Greenpeace menolak tambang batu bara |
Gaya penampilan para pendemo di Indonesia adalah bahasa visual politik yang sarat makna. Jaket almamater mahasiswa, seragam buruh, caping petani, hingga kaus hitam mahasiswa muda bukan sekadar pilihan busana, melainkan simbol identitas, solidaritas, dan strategi perjuangan. Warna, atribut, hingga aksesori kreatif membantu memperkuat pesan protes, sementara tren generasi baru menambah lapisan performativitas melalui budaya digital.
Dengan demikian, di balik kerumunan massa yang berteriak lantang, pakaian dan penampilan para pendemo adalah narasi bisu yang sama kuatnya dengan orasi. Ia menjembatani pesan politik, memperkuat solidaritas, sekaligus mencatatkan sejarah visual setiap gerakan sosial.